Sunday, January 4, 2009

Untuk Palestina


Kiriman Nina. Seorang Ikhwan bertanya: "Adakah yg bisa kita lakukan untuk Palestina selain HANYA dengan doa' ?"

Rasulullah bersabda: "Do'a itu senjata orang mukmin"
Rasulullah bersabda: "Barang siapa diantara kalian melihat melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, apabila tidak mampu maka dengan lisannya, apabila tidak mampu maka dengan hatinya, dan itulah 'ADH'AAFUL IMAN' "

Yang sering kita dengar kata-kata ADH'AAFUL IMAN diterjemahkan sebagai "SELEMAH-LEMAHNYA IMAN".
Al Habib Umar bin Hafidz radiallahu anhu pernah menyampaikan bahwa sebagian ulama justru mengambil makna "SEKUAT-KUAT IMAN". Karena kata-kata "ADH-AA"FU" juga bisa diartikan demikian.

Di sisi lain kita juga biasanya di dalam mengubah sesuatu memulai dengan yang paling gampang dulu, kalau belum bisa baru pake cara yang lebih ampuh, masih belum juga bisa juga baru kita pake senjata pamungkas. ini prinsip universal, untuk membunuh semut jangan pake palu godam, cukup jari saja. Kecoak pake sandal, dan begitu seterusnya. Kalo perang juga orang pake peluru kecil, tidak mempan pake yg lebih besar, tidak mempan pake rudal, tidak mempan pake atom, terus pamungkas: nuklir. Dalam urusan sehari juga begitu dst.

Hadis yg kedua juga dimaknai demikian, tahap pertama adalah dengan tangan, karena mengubah dengan tangan ini yg paling gampang, dan banyak bersandar pada kekuatan diri sendiri, baik fisik, kekuasaan, otoritas, jabatan, otot.

Kalau masih belum berubah juga pake yg lebih ampuh: lisan. Seperti yg dikatakan orang lidah lebih tajam daripada pedang. Berapa kehancuran karena lisan dan berapa kebaikan terbangun karena lisan. Dan orang yg bisa mengubah dengan lisan menunjukkan kehebatan dan keunggulan dirinya di antara manusia lainnya. Dia menggunakan cara yg persuasif, menohok langsung ke hati manusia. Berapa banyak orang bertobat karena tersentuh akal dan hatinya ketimbang karena ditempeleng dan dipukul. Lidah ini kecil tapi bisa memberikan dampak yang besar. Salah ngomong bisa bikin perang, kalau tepat bisa bikin damai. Berapa banyak orang tersadarkan dan simpati akan palestina justru karena kekuatan bahasa bukan kekuatan otot? Bahkan kampanye yang terus menerus bisa mengubah lawan jadi kawan, simpatisan jadi aktivis. Dakwah dengan lisan bisa mengubah banyak hal dan menusuk ke akal, jantung dan hati manusia.

Yang paling pamungkas: Hati.
Siapakah pemilik segala urusan dan penguasa segalanya? Allah. Mengubah dengan hati adalah shotcut, jalan pintas, paling ampuh, langsung meminta kepada Allah. Untuk berlindung dari anjing kalau kau menghalaunya maka dia bisa terus menerus berulang kali kembali menyerang dirimu, maka jalan tercepat adalah melalui majikan anjing, dia akan langsung memerintah si anjing dan anjing akan langsung tunduk. Begitu juga dengan syaitan : "Kami berlindung kepada ALLAH dari godaan syaithan yg terkutuk".

Do'a dengan hati adalah senjata pamungkas kaum mukminin. kalau kau mengira bahwa kemenangan Rasulullah dan para sahabat karena keunggulan sarana fisik, maka kau perlu untuk membaca ulang sirah Nabi kita. Kunci kemenangan ada pada Tawajjuh kepada Allah dengan Hati yang Sadiq bersungguh-sungguh. Dalam suluk meniti jalan Allah ini termasuk yg pertama diajarkan : merendahkan, menghina diri, mengakui kelemahan dosa dan keremehan dirinya dihadapapan Yang Maha Mulia, Maha Tinggi, Maha Besar, Maha Kuat, Maha Kuasa.

"Aku adakah seusai dengan prasangka hambaKu.."
"Bermohonlah kepadaKu Aku akan kabulkan untukmu"

Doa dengan hati yg bersungguh-sungguh memohon kepada Allah dengan mengakui kelemahan diri dan dosa-dosanya adalah hal yang telah ditinggalkan oleh kaum muslimin. Mereka di dalam berupaya meraih cita-cita dan hajatnya lebih banyak bergantung kepada aspek zahir, fisik, material, fenomena dangkal di permukaan. Dan mereka meninggalkan senjata yang paling mendasar, paling mendalam, dan paling kuat.

Jadi berdoa, bertawajjuh dengan sungguh-sungguh adalah cara paling ampuh untuk mengubah realitas, karena Allah adalah Pencipta Realitas.

Rasulullah dalam Perang Badar menghabiskan waktu perang dalam tendanya dengan salat, menangis, bersujud dan terus menerus mengulang "Ya Hayyu Ya Qayyum".
Ya Allah apabila kaum ini kalah maka kau tidak akan disembah lagi dimuka bumi ini utk selama2nya.

Lalu sarana fisik, zahir, material kita ambil "ta adduban" (karena adab) terhadap sunnatullah. Bukankah Allah mengatakan "wa a'idduw mastato'tum min quwwatin" : "dan kalian persiapkan sekuat tenaga kalian apa saja kekuatan yang mungkin". "Wa amruhum syuro baynahum" "dan perkara mereka hendaklah ditangani dengan musyawarah". Ini semua adalah sarana menuju kejayaan menurut sunnatullah yang harus diambil oleh setiap orang yang menginginkan kemanangan dan keberhasilan, dan menginginkan ridho Allah. Bahkan sebagian syekh sufi menyatakan bahwa seseorang terbiasa mengabaikan sunnatullah maka dia telah bersu'ul adab kepada Pencipta Sunnatullah.

Akan tetapi jangan lupa "Laa hawla wa laa quwwata illa billah" kekuatan hanya di tangan Allah bukan yang lain.
Ditangan Allah segala urusan berada. Dia pembolak balik hati dan urusan. Inilah hakekat.

Jadi sumbangan uang, tenaga bahkan darah dengan jihad semuanya adalah terpuji dan memperoleh pahala yang luar biasa besar di sisi Allah (apabila dia ikhlas). Akan tetapi sejauh mana dampaknya terhadap realitas, dan al falah (kemenangan) wan nashr (kemenangan/ pertolongan Allah) kita tidak tahu.
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yg ada pada suatu kaum sampai mereka mengubah apa yang ada pada diri (anfus - nafs : diri, jiwa, nafs) mereka." Jadi kunci perubahan adalah pada perubahan Diri - Nafs - Jiwa.

Jadi sudahkah dirimu kau ubah, sudahkah kaum muslimin mengubah keadaan dirinya, jiwanya? ataukah yang berubah hanya retorika dan ucapan serta komentar heroik serta luapan amarah yg bersumber dari hawa dan nafsu serta rasa terhina belaka?

Berapa banyak dari mereka yang menangis di tengah malam dengan hati hancur memohon pertolongan Allah, mengakui kelemahan dirinya? berapa banyak dari kaum muslimin yang senantiasa memalingkan dirinya kepada Allah dalam segenap kesusahan, kepayahan, penderitaan yang dialaminya?

Sudahkah kau menangis untuk Palestina, bukan dihadapan banyak orang atau ikut-ikutan karena orang lain menangis dalam sebuah forum anti israel atau demo-demo, sudahkah kau akui dosa-dosamu siapa tahu kezaliman di sana terjadi karena dosa-dosamu? dosa-dosa kita? Sudahkah kau meminta hingga hampir putus nafasmu kepada Allah agar bala dan musibah ini diangkat?

Al Habib Umar bin Hafiz menghabiskan suatu malam tawajjuh habis-habisan kepada Allah agar menolong salah seorang jemaah yang hadir di majelis beliau, sampai-sampai saudara beliau bertanya kepada orang disekitar :siapakah fulan bin fulan yg oleh Al Habib Umar diulang ulang namanya sepanjang malam?"

Ini adalah jalan salaf, para ulama, salihin dan awliya sepanjang zaman.

Pada zaman salaf suatu kaum sebuah kota melakukan salat istikharah tapi Allah tak mengabulkan doa mereka, hujan diturunkan berkat doa seorang budak hitam yang tidak ikut istkhrah dan salat dua rekaat secara tersembunyi.

Berdo'a sungguh-sungguh, siapa tahu Allah mengangkat musibah ini berkat doamu, atau berkat doa dan tawajjuh banyak dari kaum mukminin yang rintihan mereka memnuhi langit dan singgasana Allah hingga Allah pun berkenan menurunkan rahmatNya.

Dan ana rasa jalan ini adalah lebih sulit dan lebih berat ketimbang demo, sedekah, dan infaq. Dan karenanya jalan ini jarang ditempuh oleh mayoritas orang. Sehingga sepanjang zaman jalan ini menjadi ciri khas jalan para awliya dan salihin. Dan karena itulah sepanjang zaman mereka seringkali mampu mengubah realitas hanya dengan menghadapkan hati mereka kepada Allah. Jangan lupa bahwa salahuddin dikelilingi oleh para sufi dan beliau sendiri tumbuh berkembang dalam tradisi tasawuf begitu pula generasi muslimin ketika itu, sehingga mereka bangkit menjadi generasi yang pantas memperoleh kemenangan dari Allah (lihat posting terdahulu tentang peran tasawuf, salahuddin dan kemenangan atas Baitul Maqdis/Palestina)

"Dan apa yg menimpa dirimu berupa suatu musibah adalah berasal dari dirimu sendiri"

Justru orang yang merasa bahwa kunci kemenangan Palestina ada pada bantuan dana, tenaga, darah, dll, maka dia terkunci dan terjebak serta menyandarkan dirinya kepada aspek-aspek ini.

Kesimpulan:
1. Yang paling besar adalah bersandarnya diri dan hati kepada Allah
2. Sarana fisik, material, dll bukan dijadikan sebagai sandaran akan tetapi sebagai adab mentaati perintah Allah dan mengagungkan tujuan penciptaan alam yang penuh dengan penampakan hukum sebab akibat. Ini kita lakukan semaksimal mungkin dan sekuat tenaga kita, tapi jangan bersandar kepadanya. karena hasil akhir adalah ditangan Allah. Manusia berusaha, kabul tidaknya atau sejauh mana Allah berkenan menerima adalh ditangan Allah. Dan setiap kegagalan adalah karena kelemahan manusia, dan kekurangan yg ada pada dirinya sehingga dia tidak "berhak" memperoleh kemenangan.
3. Persiapan fisik, zahir, material tidak bertentangan dengan Pasrah. bahkan dia adalah bentuk perwujudan kepasrahan kepada Allah, hukum-hukumnya, dan


No comments:

Post a Comment