Monday, February 2, 2009

Situasi Memanas, Tim Kemanusiaan Diminta Keluar dari Gaza

Situasi Memanas, Tim Kemanusiaan Diminta Keluar dari Gaza
Senin, 02 Februari 2009 15:40

warnaislam.com — Relawan asal Indonesia di Gaza, Palestina, yang masuk melalui Rafah, diminta segera meninggalkan Gaza . Permintaan tersebut disampaikan melalui nota diplomatik yang dikirimkan Kementerian Luar Negeri Mesir dan diterima Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kairo, Mesir.



Sunaryo Adhiatmoko, Koordinator Tim Kemanusiaan Dompet Dhuafa (DD) yang kini berada di Gaza City menyatakan, pihaknya dihubungi Sekretaris II KBRI Danang Waskita dan disampaikan perihal permintaan dari Mesir tersebut. Mereka disarankan segera meninggalkan Gaza sebelum 5 Februari mendatang.

”Tidak ada alasan yang jelas mengapa para relawan diminta keluar dari Gaza . Kemungkinan terkait dengan perkembangan situasi di Gaza yang mulai memanas lagi,” ujar Sunaryo melalui telepon dari Gaza City , Minggu (1/2/2009).

Sunaryo menambahkan, menurut informasi yang dia peroleh, saat ini ada 15 warga Indonesia di Gaza yang masuk melalui Rafah, baik sebagai relawan maupun reporter media. Seluruhnya sudah diinformasikan tentang perkembangan terbaru dari Mesir tersebut.

Menyusul permintaan kepada para relawan untuk segera meninggalkan Gaza , pemerintah Mesir rencananya akan menutup pintu perbatasan yang ada di Rafah pada 5 Februari. Seterusnya pintu masuk ke Gaza yang akan dibuka melalui perbatasan Israel dan Mesir, yakni lewat Karem Abu Shalom dan El Auga.

Berkaitan dengan perkembangan terbaru ini, maka Tim Kemanusiaan DD rencananya segera meninggalkan Gaza dalam dua hari ini. Program bantuan tahap pertama sudah terlaksana sebagaimana direncanakan.

Sebanyak Rp 1,5 miliar dana sudah disalurkan, baik secara tunai maupun penyediaan dana untuk pembangunan pabrik roti. Sementara sisa bantuan yang belum disalurkan sebanyak Rp 1 miliar lagi, masih dalam pembahasan di DD Jakarta , akan dialokasikan dalam bentuk apa.

”Seluruh bantuan yang direncanakan sebanyak Rp 2,5 miliar Insya Allah akan disalurkan bagi warga Gaza , masalah waktu saja,” tandasnya.


penulis :
Saifuddin Amin
Semua isi dari tulisan di warnaislam.com dapat di

Mesir Pasang Kamera dan Alat Sensor di Perbatasan Rafah



Senin, 02/02/2009 14:31 WIB Cetak | Kirim

Mesir memasang sejumlah kamera dan alat penyensor gerak di sepanjang perbatasannya dengan Jalur Gaza. Sumber-sumber kemanan di Mesir mengatakan, alat-alat tersebut dipasang untuk mencegah penyelundupan senjata dari Mesir ke wilayah Palestina.

"Alarm dan kamera-kamera pemantau dipasang sejak pekan kemarin di perbatasan yang panjangnya sekitar 14 kilometer untuk mendeteksi aktivitas di terowongan-terowongan bawah tanah," kata seorang pejabat keamanan Mesir.

Pemasangan alat pemantau itu dilakukan Mesir dengan melibatkan para pakar teknologi dari negara AS, Prancis dan Jerman. "Kabel-kabel yang digunakan untuk mendeteksi terowongan dipasang di sepanjang perbatasan Mesir dan Gaza mulai dari selatan Rafah sampai pesisir pantai Mediterania," kata pejabat Mesir lainnya.

Pemasangan alat pemantau itu berkaitan tuduhan Israel bahwa telah terjadi penyelundupan senjata dari wilayah Mesir ke wilayah Palestina, menyusul agresi brutal pasukan Zionis Israel ke Jalur Gaza. Israel mendesak negara-negara sekutunya untuk mencegah dan menghentikan penyelundupan senjata itu.

Atas permintaan Israel, AS berkomitmen untuk memberikan dana bantuan senilai 32 juta dollar guna membeli alat deteksi dan menyediakan teknisi untuk memberikan bantuan teknis pemasangan alat tersebut. Sedangkan negara Prancis mengutus kapal frigatnya untuk melakukan patroli di sepanjang perairan Gaza guna membantu Israel mencegah penyelundupan senjata yang dituduhkannya pada Palestina.

Sementara bagi warga Palestina, terutama di wilayah Gaza, terpaksa membangun terowongan yang tembus ke Mesir untuk mendapatkan makanan, bahan bakar dan kebutuhan hidup lainnya yang tidak bisa mereka dapatkan setelah Israel memblokade Gaza selama satu tahun lebih. (ln/aby)

Perbandingan Hamas dengan Tentara Israel

Eramuslim, 2/2/09
Agresi 22 hari Gaza barangkali banyak meninggalkan tanda tanya dalam benak semua orang di dunia, bagaimana Hamas selama ini bertahan diri dari gempuran Israel selama agresi biadab itu berlangsung?

Pertama, Kita semua tahu, sebelumnya Gaza sudah dikepung dan diblokade oleh tembok-tembok besar lebih dari 750 KM dengan ketinggian 8 meter, dan di setiap 10 meternya, tentara Israel sudah bersiap di atas pos—menembak siapa saja warga Palestina, terutama Hamas, yang mencoba mendekati tembok tersebut. Ketika perang darat dimulai, posisi Hamas dalam posisi terkurung dan sama sekali tidak mempunyai area lain sebagai jalur alternatif untuk menyelematkan diri. Sementara Israel menguasai semua wilayah di sekeliling Gaza.

Kedua, secara persenjataan, perbandingan Hamas dengan Israel sangat timpang. Saat ini, Israel menduduki urutan keempat dalam sistem pertahanan keamanan dunia setelah AS, China dan Inggris. Ini belum termasuk bantuan militer yang diberikan oleh AS untuk mendukung agresi Israel. Untuk perang Gaza ini, AS menyuplai tidak kurang dari 60.000 ton senjata. Bantuan ini dikirim melalui ratusan kontainer besar, dan banyak pengamat mengatakan bahwa inilah bantuan AS terbesar sepanjang sejarah kepada Israel. Hamas saat ini hanya memiliki 15.000 personil. Sedangkan Israel memiliki 130.000 tentara aktif, dan 400.000 lainnya menunggu di bangku cadangan. Sedangkan Hamas membuat roketnya sendiri yang berasal dari barang-barang bekas. Rangka roketnya terbuat dari bekas tiang listrik, kabel-kabel sambungan detonatornya terbuat dari kabel yang ada di rumah-rumah warga, bahan bakar roketnya terbuat dari gula, dan hulu ledaknya terbuat dari kimia sederhana yang mereka racik sedemikian rupa. Selain itu, suplai bahan baku senjata juga mereka dapatkan melalui ratusan terowongan yang mereka buat yang melintasi perbatasan.

Ketiga, selama agresi, Israel menghancurkan sekitar 200 terowongan, dan Israel sudah berkoar-koar bahwa mereka sudah menghancurkan seluruh terowongan yang dimiliki Gaza. Kenyataannya, saat ini total tidak kurang ada 800 terowongan di Gaza yang dibangun oleh Hamas. Dan 200 terowongan yang telah hancur digasak Israel, Hamas menyebutkan hanya butuh sekitar 3 bulan untuk memperbaikinya.

Keempat, secara fisik, Hamas dan Jalur Gaza lah yang telah banyak menderita kerugian. Tetapi harus diingat, bahwa bukan pihak Hamas yang pertama kali meminta gencatan senjata. Hamas telah melawan dengan sengit, dan itu membuat Israel menarik mundur pasukannya tanpa syarat apapun. Gencatan senjata pun diumumkan secara sepihak oleh Israel. Lima menit sebelum Israel mengumumkan gencatan senjata, Hamas masih meluncurkan roketnya ke wilayah Israel. Selama perang Gaza, Hamas telah meluncurkan sekitar 900 roketnya, dan itu hanya merupakan 1% dari total jumlah roket yang mereka miliki.

Kelima, target penyerangan Israel terhadap Jalur Gaza sedianya hanya dialokasikan untuk waktu 3 hari saja. Tetapi ketika dalam seminggu Gaza belum jatuh juga, Israel mulai kehilangan pamor. Pasalnya, mereka sudah mengundang beberapa pemimpin dunia, seperti PM Jerman, untuk merayakan keberhasilan mereka menaklukan Gaza. Namun bahkan sampai 22 hari, penyerangan itu tak pernah memberikan hasil berarti. Malah dengan lamanya agresi yang kemudian membabi buta itu, Israel menjadi sasaran kemarahan dan kebencian masyarakat dunia.

(sa/berbagaisumber)

Sampai Empat Tahun Mendatang, Australia Dihantam Krisis Keuangan

Sampai Empat Tahun Mendatang, Australia Dihantam Krisis Keuangan
Senin, 02 Februari 2009 16:57
Kevin Rudd

warnaislam.com — Pemerintah Australia diperkirakan kehilangan pendapatan sebesar 115 miliar dolar Australia dalam empat tahun mendatang akibat krisis keuangan dunia. Akibatnya, defisit anggaran negara tak terhindarkan. Demikian Perdana Menteri Kevin Rudd. seperti dilansir ABC dan AAP, Senin (2/2/2009).

Namun pemimpin Australia itu kembali menegaskan, tekad pemerintahnya untuk melakukan apa pun guna menjaga tetap kuatnya tingkat pertumbuhan ekonomi dan peluang kerja.

Menurut PM Rudd, memburuknya pendapatan pemerintah itu juga disebabkan oleh turunnya pertumbuhan ekonomi China yang merupakan salah satu mitra dagang utama Australia .

Pekan lalu sinyal buruk dampak krisis ekonomi dunia pada perekonomian Australia sudah disampaikan Bendahara Persemakmuran Australia , Wayne Swan. Resesi ekonomi dunia dan jatuhnya harga komoditas diperkirakan turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja di negaranya.

Dana Moneter Internasional (IMF) sendiri memperkirakan resesi ekonomi dunia akan semakin dalam dan berlarut-laru. Negara-negara industri maju diperkirakan mengalami resesi ekonomi terburuk sejak Perang Dunia II dengan kontraksi mencapai dua persen tahun 2009.

China juga tak luput dari pengaruh resesi ekonomi global. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi China yang merupakan salah satu mitra utama perdagangan internasional Australia itu hanya sebesar 6,7 persen atau separuh dari laju pertumbuhan ekonominya tahun 2007, kata Swan.

Menghadapi kondisi buruk ini, ia mengatakan, pemerintah Australia telah mengambil langkah besar untuk melindungi rakyat Australia dari pengaruh terburuk resesi. Beberapa langkah besar yang telah diambil pemerintah Australia adalah meluncurkan strategi keamanan ekonomi senilai 10,4 miliar dolar Australia, memberikan jaminan pada deposito bank, dan melakukan investasi pembangunan nasional.

Strategi keamanan ekonomi itu bermakna bahwa pemerintah Australia akan melakukan apapun yang mungkin untuk mempertahankan ekonomi negara tetap tumbuh, mencetak lowongan kerja baru, memperbanyak perumahan baru, membantu rakyat yang paling terkena dampak, serta mempersiapkan masa depan. Australia termasuk salah satu negara di kawasan Asia Pasifik yang terkena dampak dari memburuknya kinerja ekonomi Amerika Serikat.


penulis :
Saifuddin Amin

Sunday, February 1, 2009

Teroris Israel Serang Anak Sekolah dan Wanita Hamil


Teroris Israel Serang Anak Sekolah dan Wanita Hamil
Warna Islam Jumat, 30 Januari 2009 17:51


warnaislam.com — Delapan belas orang Palestina, termasuk 11 anak sekolah dan seorang wanita hamil, cedera dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza bagian selatan, Kamis. AFP melaporkan, beberapa saksi mata menyebutkan, serangan itu mengenai petugas medis Mohammed al-Sumeiri, seorang polisi Hamas, dan orang yang diboncengnya ketika mereka mengendarai sepeda-motor di kota Khan Yunis, kata sumber-sumber itu.

Sebelas anak sekolah dan seorang wanita hamil yang sedang lewat di jalan itu termasuk diantara mereka yang cedera, kata mereka.

Militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan, mereka menyerang Sumeiri karena ia adalah bagian dari kelompok yang bertanggung jawab atas serangan bom di dekat lintasan penyeberangan Kissufim pada Selasa yang menewaskan seorang prajurit dan mencederai tiga orang.

Serangan udara itu merupakan insiden kekerasan terakhir yang terjadi lagi di dan sekitar Jalur Gaza yang dikuasai Hamas. Gelombang kekerasaan itu mengancam gencatan senjata yang mengakhiri perang pada 18 Januari.

Israel meninggalkan Jalur Gaza setelah daerah pesisir itu hancur akibat ofensif 22 hari. Mereka menyelesaikan penarikan pasukan dari wilayah yang dikuasai Hamas itu pada Rabu (21/1).

Jumlah korban tewas Palestina mencapai sedikitnya 1.300, termasuk lebih dari 400 anak, dan 5.300 orang cedera di Gaza sejak Israel meluncurkan ofensif terhadap Hamas pada 27 Desember. Di pihak Israel, hanya tiga warga sipil dan 10 prajurit tewas dalam pertempuran dan serangan roket.

Selama perang 22 hari itu, sekolah, rumah sakit, bangunan PBB dan ribuan rumah hancur terkena amukan Israel, dan Pemerintah Palestina menyatakan jumlah kerugian prasarana saja mencapai 476 juta dolar.

Penghentian serangan Israel dilakukan setelah negara Yahudi tersebut memperoleh janji dari Washington dan Kairo untuk membantu mencegah penyelundupan senjata ke Gaza, hal utama yang dituntut Israel bagi penghentian perang.

Kekerasan Israel-Hamas meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember. Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahudi tersebut dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran sejak 27 Desember dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia.

Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina, Mahmud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari. Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut diblokade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.

Parahnya, Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris. Ehud Olmert yang akan mengakhiri tugas sebagai PM Israel telah memperingatkan mengenai konfrontasi yang akan segera terjadi dengan Hamas meski gencatan senjata yang ditengahi Mesir diberlakukan pada 19 Juni.

penulis :
Saifuddin Amin

Thursday, January 29, 2009

Strategi Politik Iran di Jalur Gaza

Paska berakhirnya infasi brutal Israel ke Jalur Gaza, perlahan berbagai hal yang selama ini terselubung terkait kerjasama hitam eksekutor holocoust mulai tersingkap. Berbagai kalangan yang multi kepentingan secara pragmatis berupaya mengulur benang merah pembantaian di Gaza melalui pengeluaran statemen-statemen mengejutkan. Di Harian As-syarq Al-Awasath edisi Kamis 22/01/2009, Menteri Luar Negeri Mesir, Ahmed Aboul Gheit menuding Iran bertanggungjawab atas seluruh konflik di kawasan Timur Tengah. Dalam koran mingguan al Wathan —media massa berbahasa Arab-Inggris yang spesifik menyoroti konstelasi Timteng terbit di Washington DC— Selasa, 27/01/2009, Aboul Gheit secara transparan menegaskan, "Iran dalang serangan Israel ke Jalur Gaza". Statemen yang sama juga dimuat Harian al Nahar terbitan Kuwait, 27/01/2009.

Indikasi tengah bangkitnya reinkarnasi hegemoni Dinasti Savafid di lembah Laut Kaspia itu semakin menimbulkan kekhawatiran banyak pihak. Savafid merupakan imperium perdana dan terbesar yang dikonstruksi penganut Syiah di daratan Persia antara tahun 1502-1736 M. Pada lembah ini pula telah terukir sejarah kegemilangan bangsa-bangsa yang acapkali kuasa memperangah dunia, dari semasa Kekaisaran Persia bermula oleh Cyrus II tahun 559 SM hingga masa kejatuhan Dinasti Pahlevi tahun 1979. Tapi Iran lagi-lagi tetap menuai decak kekaguman atas terobosan spektakuler Ayatulloh Khomeini yang menggulingkan kekuasaan Reza Pahlevi melalui pagelaran eksekusi kolektif bernama Revolusi Islam Iran, 11/02/1979. Dan hal ini diakui oleh seorang Pemikir Islam Kontemporer dari Mesir, Dr. Muh. Imarah, bahwa revolusi itu telah menciptakan rangkaian keberhasilan, walaupun menurutnya tetap ada ancaman besar di balik revolusi dahsyat tersebut.

Revolusi selalu meniscayakan perubahan substansial dan sangat mendasar pada sistem pemerintahan atau keadaan sosial sebagai sebuah konsekuensi. Di Iran, Revolusi '79 merupakan produk koalisi empat poros kekuatan raksasa, yakni nasionalis, nasionalis-Islamis, nasionalis-revolusionis, dan kubu tangguh Ayatulloh Khomeini. Said Al-Sabagh, Pakar Politik Iran di Kairo, menjelaskan fiksi rekonstruksi internal Iran antar poros ini mendominasi penancapan tonggak awal revolusi. Dalam penataan ulang Iran paska revolusi mengemukalah problema baru soal keputusan dilematis antara alternatif, memperluas penerapan sistem politik pengganti atau stabilisasi perekonomian nasional. Krisis perang saudara Iran-Irak (1980-1988) menjadi proyek tambahan yang menguji kesungguhan pengusung revolusi dan rakyat Iran sendiri untuk mampu menaklukkan keadaan kemudian bangkit bersama menyongsong era kegemilangan.

Palestina dalam Perspektif Revolusi

Proyek peruntuhan Dinasti Pahlevi telah dirintis setahun sebelum revolusi direalisasi melalui penguasaan kota-kota dan wilayah di Iran. Pengaruh politik luar negeri Amerika Serikat (AS) begitu mengakar pada tatanegara dan kebijakan Pahlevi. Tendensi tersebut benar dipahami pengusung revolusi sebagai akibat suksesnya lobi Zionis-Yahudi di AS yang kerap menelurkan kebijakan yang merugikan penganut Islam. Barangkali karena krisis Palestina tak bisa dilepaskan dari Yahudi, maka Khomeini pun menegaskan, "Salah satu target besar revolusi ini membebaskan kota Al-Quds dan tanah Arab, menyelamatkan Masjid Qubbatu Shakhrah, dan melakukan perlawanan terhadap penjajah-Zionis." (Bayan Al-Qaid Ayatulloh Khomeini, al-Bahtsu al-Isyraf, hlm. 255).

Sehari setelah pengambilan kekuasaan di Iran oleh poros revolusi pimpinan Khomeini, seluruh pejabat Kedutaan Besar Israel di Teheran diusir dari Republik Islam Iran. Pemerintahan baru itu menggantinya menjadi Kedutaan Besar Palestina dan menyerahkan mekanisme administrasi ke bangsa Arab. Sepertinya memang, pengusung revolusi menghendaki jalur konfrontasi menghadapi kebiadaban Yahudi. Pandangan mereka bahwa Zionis telah menggagahi hak kemanusiaan, menodai kehormatan Islam di Palestina, bahkan telah menganeksasi tanah milik rakyat Palestina. (Adnan Abu Sarahan, Ats-Tsaurah Al-Islamiyah Al-Iraniyyah, 2007).

Bila sasaran politik revolusi dicermati ulang, seperti yang pernah dilakukan analis Iran, Tafid Daud Abu Khair, pada majalah al-Munadhil, edisi 296 tahun 1999, terlihat ada enam bundel proyek revolusi 1979 —sebagian sudah terwujud— sebagai berikut: krisis Palestina (membebaskan Al-Quds dan memelihara tempat-tempat suci di Palestina); teritorial Lebanon (membebaskan Lebanon Selatan); piagam internasional (penegasan peranan PBB dan Majelis Umum); penyatuan bumi Irak (menjaga kedaulatan dan wilayahnya); konfrontasi Arab-Israel (Iran berperan mengkanal skenario politik AS dan Israel); serta fungsi Iran membangun hubungan baik dengan negara-negara Arab. Tafid ingin menegaskan, di atas krisis Palestina sesungguhnya terdapat proyek yang jauh lebih besar bagi Iran, yaitu kepentingan revolusi Iran menanamkan hegemoni Syiah di seluruh dunia.

Strategi Politik Luar Negeri Iran

Membicarakan strategi politik luar negeri Iran akan menghantar kita pada realita pentahapan sejarah yang terbagi menjadi empat dekade, sebagaimana paparan Dr. Birn Izdy, Mantan Petinggi di Kementerian Luar Negeri Iran, dalam bukunya, "Madkhal Ela Al-Siyasah Al-Kharigiyah Li-Gumhouriyat Eiran Al-Eslamiyah", 1999. Fase pertama: 1979-1980, dimana kubu liberal-konservatif memegang kebijakan neo-konservatif dalam upaya menjalin hubungan bilateral antara Iran dan masyarakat internasional. Fase kedua: 1980-1988, yang bisa disebut sebagai fase radikalis pola interaksi Iran kepada bangsa dunia tanpa mengindahkan mediasi pemerintahan, yang justeru mengakibatkan instabilitas dalam negeri Iran.

Fase ketiga: 1988-1997, menunjukkan sikap moderat, menerapkan pola santun strategi luar negeri Iran, dan obsesi memperbaiki serta meningkatkan harmonisasi hubungan bilateral. Presiden Hasyemi Rafsanjani bersama Menlunya Dr. Wilayati berhasil menata kembali keretakan hubungan Iran dengan masyarakat dunia. Beberapa pointer yang dicapai, antara lain: eksistensi pemerintahan Revolusi Iran mendapat pengakuan negara-negara Kawasan Teluk Arab; pencabutan isolasi masyarakat internasional atas Iran paska revolusi; penerimaan Barat dan dibukanya pangsa pasar Eropa; legalisasi dunia atas revitalisasi angkatan perang Iran; penyebaran pemikiran revolusi melalui kran kebudayaan; dan, Iran diajak menyelesaikan krisis di Afghanistan dan kawasan Timteng.

Fase keempat: 1997-2005, semasa Dr. Muh. Khatami berkuasa. Pandangan reformisnya seringkali menimbulkan konflik internal dengan kubu konservatif yang loyal memelihara amanat revolusi Syiah. Ini pulalah yang menjadi akar carutmarutnya pemerintahan dalam negeri Khatami. Lain halnya mengenai iklim politik luar negeri Iran, Khatami benar-benar lentur terhadap Barat bahkan untuk pertama kalinya ia mengadakan kontak politik dengan Moshe Katsav, Presiden Israel, April 2005, hal yang tak pernah dilakukan pendahulunya semenjak revolusi ditabuh.

Selain paparan Dr. Birn Izdy, ada imbuhan dari Adel El-Gogary, Pemred al Ghad al Araby, (Adel El-Gogary, "Ahmadinejad; Rajulun fi Qalbi al-Ashifah", 2006) yang menyoroti sosok kharismatik Ahmadinejad. Dan, ini menjadi Fase kelima: 2005-2009, dimana Nejad mengambil strategi politik luar negeri berseberangan dengan Khatami. Ahmadinejad dikenal loyalitasnya memegang ajaran Imam Khomeini terlebih menyoal konfrontasi terhadap Zionis-Yahudi. Satu hal yang barangkali berbeda, tulis El-Gogary, bahwa Iran pada tanggal 29 Oktober 2005 mengeluarkan statemen akan menaati piagam PBB untuk tidak menggunakan kekuatan militer menyerang negara lain, tanpa terkecuali Israel. Iran bisa ditebak hanya memainkan penyelesaian damai berseteru dengan Israel.

Iran dan Holocoust Gaza

Tudingan Aboul Gheit —Menlu Mesir— atas Iran sarat bernuansa politik. Gheit melampirkan dalih sinyalemen dukungan Iran atas Hizbullah pada Perang Israel-Hizbullah, Juli 2006 silam. Serangan Israel ke Gaza kali ini hanya rentetan perang Lebanon itu. Tudingan Gheit menguat manakala kapal laut Iran yang mengangkut bantuan kemanusiaan bagi rakyat Gaza tiba di perairan Mesir (26/01), Iran sendiri telah mengumumkan keinginannya mengadakan rekonstruksi di Jalur Gaza. Dr. Wahid Abdul Majid, analis Mesir di al Arabiya, berpendapat bahwa hal yang selayaknya lumrah terkait bantuan kemanusiaan Iran tersebut bila kemudian dipaksa-paksakan akan gampang melahirkan persepsi aneh.

Kendati demikian, Holocoust Gaza tidak dipungkiri menorehkan nilai positif bagi Iran dalam rangka merekatkan kembali koalisi Iran-Suriah yang belakangan merenggang. Muh. Abbas Naji, analis di Islamonline, 18/01/2009 mengatakan, sebelumnya Suriah dimediasi oleh Turki akan menggelar perundingan langsung dengan Israel terkait kasus dataran tinggi Goulan. Di balik perundingan itu terselip propaganda melerai koalisi Suriah-Iran. Infasi militer Israel ke Gaza 27/12/2009 silam kontan membuyarkan rencana perundingan itu. Iran tampaknya —untuk beberapa waktu ini— lebih memprioritaskan penyelamatan program pengayaan nuklirnya, pengokohan kerjasama ekonomi Iran-China di Benua Hitam Afrika, dan menggelembungkan dominasi Syiah di Irak paska kesepakatan damai (AS-Iran-Irak) Desember 2008, ketimbang memberangus Israel yang kini diayomi penguasa baru AS, Barack Obama, yang tentu mengandung resiko besar. []

Profil Penulis : Ahmad TaryudiTaryudi, Tengah merampungkan master pada program pasca sarjana Univ. Al-Azhar Kairo. Alamat District Nasr City, Cairo. Warga Kisaran, Kab. Asahan Sumatera Utara Medan. Selain kuliah, juga aktif di KAMPUS KEHIDUPAN di lembaga Kajian Sosial-Politik dan Dunia Islam Studi Informasi Alam Islami (SINAI) Mesir. Email : taryudi_k@yahoo.com

Pengadilan Spanyol Setujui Gugatan Organisasi HAM Palestina

Pengadilan Nasional Spanyol menyetujui gugatan hukum terhadap tujuh pejabat militer senior Israel atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam insiden serangan ke Jalur Gaza yang terjadi pada tahun 2002.

Gugatan itu diajukan oleh Palestinian Center for Human Rights atas nama warga Gaza yang menjadi korban serangan Israel itu dan disetujui oleh hakim pengadilan nasional Spanyol di kota Madrid, hakim Fernando Andreu. Hakim Andreu memutuskan untuk membentuk dua komisi. Komisi pertama untuk memberitahukan pada pihak Israel tentang penyelidikan kasus tersebut dan komisi kedua bertugas mengumpulkan keterangan dari para saksi dari warga Gaza atas peristiwa tersebut.

Andreu mengatakan, keputusannya itu sesuai dengan pandangan Spanyol tentang prinsip-prinsip jurisdiksi yang universal terhadap dugaan kasus-kasus kejahatan kemanusiaan, genosida dan terorisme. Menurutnya, pemboman Israel di area padat penduduk di Gaza "tidak proporsional dan berlebihan" serta "menunjukkan indikasi adanya perbuatan kejahatan terhadap kemanusiaan."

Israel, kata Andreu, harus disadarkan atas kemungkinan konsekuensi perbuatan yang dilakukannya, menjatuhkan bom seberat satu ton dengan kekuatan ledak yang dahsyat di tengah pemukiman penduduk.

"Akibat ledakan bom yang dijatuhkan dari pesawat tempur F-16, 15 orang meninggal dunia, kebanyakan anak-anak dan bayi serta 150 orang lainnya luka-luka, beberapa diantaranya luka parah," tukas hakim Andreu mengingatkan kembali peristiwa yang terjadi pada bulan Juli 2002.

Dalam insiden tersebut, pimpinan sayap militer Hamas, Shehade syahid bersama 14 orang warga Gaza lainnya, antara lain sembilan anak-anak dan tiga perempuan.

Tujuh pejabat militer senior Israel yang bakal diseret ke pengadilan kejahatan kemanusiaan itu antara lain, Benjamin Ben-Eliezer, menteri pertahanan dan sekarang menjadi menteri infrastruktur; Avi Dichter, direktur keamanan umum dan sekarang menjadi menteri keamanan dalam negeri; Moshe Ya'alon, kepala staff angkatan bersenjata;Dan Halutz, komanda angkatan udara; Doron Almog, komandan senior di angkatan udara; Giora Eiland, kepala keamanan nasional dan Michael Herzog dari kementerian pertahanan Israel.

Sementara itu, kementerian luar negeri Israel menyatakan bahwa putusan hukum pengadilan Spanyol tidak bisa diterima dan akan mengerahkan tim legal mereka dengan upaya apapun untuk membela orang-orang Israel yang terlibat dalam serangan ke Jalur Gaza tahun 2002. (ln/iol/prtv)

PM Turki Sumpah Serapahi Presiden Israel

Hubungan Israel-Turki Israel memasuki babak baru yang dramatis. Dalam pertemuan di Davos, Swiss pekan ini, Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan tanpa diduga secara berani meninggalkan forum pembicaraan ekonomi dunia setelah beradu mulut dengan Presiden Israel, Shimon Perez, Selasa malam (27/01). Erdogan tanpa rasa takut berdebat panas dengan Perez tentang agresi Israel di Jalur Gaza.

"Kalian membunuhi orang-orang." seru Erdogan keras kepada Perez. "Apa yang kalian lakukan tidak manusiawi!"

Menanggapi perkataan Erdogan, Perez langsung memotong dengan panas, "Apakah Anda sungguh benar-benar mengerti akan situasi dimana ratusan roket berhamburan dan menyerang perempuan dan anak-anak? Ada apa dengan Anda?" repetnya.

Erdogan tidak terima perkataan Perez, dan ia meminta waktu kepada moderator untuk kembali bicara. Namun, ia hanya diberikan waktu satu menit saja. "Kalian, Israel, tidak pernah mau mendengarkan."

Setelah itu, Erdogan pun berkata, "Bagi saya pertemuan Davos sudah selesai. Saya tidak diizinkan untuk bicara di sini. Perdana Menteri kalian, Ohud Olmert, mengatakan sangat senang memasuki Palestina dengan tank, peluru dan roket, dan membunuh warganya." ujarnya dengan nada tegas kepada Perez, yang langsung disambut dengan tepuk-tangan para hadirin. Setelah itu, Erdogan pun meninggalkan forum dan dengan cuek melewati Perez yang tampak tertekan. Erdogan mengatakan tak akan menghadiri lagi forum itu.

Perkataan Erdogan di atas langsung membuat Shimon Perez mengkerut. Ia terlihat tidak pede dalam pertemuan itu. Perdana Menteri Kjell Magne Bondevik dari Norwegia berkata, "Saya tidak pernah melihat Perez seperti itu. Ia mungkin sadar bahwa seluruh dunia sekarang sedang memusuhinya. Saya sedih Erdogan meninggalkan forum."

Dukungan untuk Erdogan datang dari banyak pihak. Menteri Luar Negeri Mesir, Moussa, yang selama debat hanya diam saja, berkomentar, "Sikap Erdogan bisa dipahami. Israel memang tidak pernah mendengarkan siapapun."

Hubungan Turki dengan Israel memang menjadi buruk ketika Israel melancarkan Operasi Cast Lead ke Gaza. Recep Tayyip Erdogan adalah satu dari sedikit pemimpin negara yang secara terang-terangan mengecam Israel. (sa/wb/jp)

Komite Fatwa Ulama Al Azhar 1375 H- Haram berdamai dengan Israel


Komite Fatwa Ulama-Ulama Al Azhar: “Haram Berdamai dengan Israel”
Jumat, 30/01/2009 10:06 WIB Cetak | Kirim | RSS Komite Fatwa menyatakan bahwa perdamaian dengan Israel--sebagaimana yang dinginkan oleh orang-orang yang menyeru kepada hal tersebut--tidak diperbolehkan secara hukum syara'

Pada hari Minggu, 18 Jumadal Ula 1375 H/Januari 1956 M, Komite Fatwa Al-Azhar mengadakan pertemuan khusus yang diikuti oleh anggota dewan ulama-ulama senior Al-Azhar dan dipimpin oleh Prof. Sheikh Mohammed Hassanein Makhlouf, salah seorang ulama senior Al-Azhar, yang juga mantan mufti Mesir. Pertemuan itu dihadiri oleh Syaikh Isa Manun, Dekan Fakultas Syariah dari Mazhab Syafi'i, Syaikh Mahmoud Shaltout, dari Mazhab Hanafi, Sheikh Mohamed Thaneikhi, Direktur Lembaga Dakwah dan Bimbingan Keagamaan, dari mazhab Maliki, Syaikh Muhammad Abdullathif As-Subki, Direktur Tim Inspeksi di Universitas Al-Azhar dari mazhab Hanbali dan Syaikh Zakaria Al-Birri, Sekjen Komite Fatwa.

Telah dipertimbangakan pertanyaan di bawah ini dan dikeluarkan fatwa sebagai berikut:

Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Swt, Shalawat dan salam semoga dihaturkan kepada penghulu para nabi Muhammad Saw, dan juga kepada keluarga dan para sahabatnya. Komite Fatwa Al-Azhar Asy-Ayarif telah memperhatikan beberpa pertanyaan tentang pandangan Syariat Islam seputar hukum berdamai dengan Israel yang telah merampas tanah Palestina, kemudian mengusir penduduknya, membantai para wanita, anak-anak, orang tua dan pemuda, merampas harta benda mereka dan melakukan perbuatan-perbuatan keji di tempat-tempat ibadah dan tempat suci kaum muslimin.

Juga tentang hukum saling mencintai dan tolong menolong dengan negeri-negeri penjajah yang membantu Yahudi dalam agresinya, membantu mereka dengan sokongan politik dan materi untuk mendirikan negara Yahudi di jantung kawasan negara-negara Islam. Dan juga tentang hukum bersekutu yang digembar-gemborkan negara-negara kolonial yang tujuannya tidak lain agar Yahudi tetap eksis di tanah Palestina, guna memudahkan mereka menjalankan misi kolonialisme.

Dan juga tentang kewajiban kaum muslimin terhadap tanah Palestina dan upaya mengembalikan rakyat Palestina yang terusir dari negeri mereka, serta kewajiban kaum muslimin terhadap proyek Israel memperluas tanah jajahannya dan upaya mereka untuk menarik orang Yahudi di manca negara untuk bermukim di Palestina, yang tentunya akan memperkokoh keberadaan dan kekuatannya serta menjadi ancaman bagi negara-negara disekelilingnya.

Komite Fatwa menyatakan bahwa perdamaian dengan Israel--sebagaimana yang dinginkan oleh orang-orang yang menyeru kepada hal tersebut--tidak diperbolehkan secara hukum syara', karena di dalamnya terdapat pembenaran terhadap penjajah untuk meneruskan upaya penjajahannya, pengakuan keberhakannya terhadap tanah jajahannya, dan dukungan kepada mereka untuk meneruskan agresinya. Padahal semua agama samawi dan agama-agama non samawi sepakat mengharamkan penjajahan dan mewajibkan dikembalikannya tanah jajahan kepada pemiliknya. Komite juga menyerukan kepada pemilik hak (rakyat Palestina, penj-) untuk membela dan merebut haknya. Karena di dalam Hadits ditegaskan, "Barang siapa yang terbunuh karena membela kehormatannya maka ia syahid." Dalam Hadits lain, "Bagi tangan (pemilik) apa yang diambilnya (dimilikinya) sampai dikembalikan."

Maka tidak boleh bagi kaum muslimin untuk upaya damai dengan Yahudi—yang merampas tanah Palestina, menzalimi rakyatnya dan mengambil secara paksa harta benda mereka—upaya yang mengokohkan Yahudi untuk tetap tinggal di tanah Palestina dan mendirikan sebuah negara di atas tanah suci negeri Islam ini. Bahkan wajib bagi kaum muslimin semuanya untuk saling membantu—tanpa memandang suku, bangsa, perbedaan bahasa dan warna kulit—untuk mengembalikan rakyat Palestina ke negeri mereka, menjaga kesucian masjid Al-Aqsha yang merupakan tempat turunnya wahyu, tempat shalatnya para nabi yang diberkahi oleh Allah Swt, dan menjaga peninggalan-peninggalan sejarah Islam dari tangan para penjajah.

Wajib juga bagi mereka untuk menolong para mujahidin dengan senjata dan kekuatan untuk berjihad, dan hendaknya mereka mengeluarkan segala kemampuan yang dimiliki untuk mensucikan negeri Islam dari tangan penjajah yang zalim. Allah Swt berfirman:

وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدْوَّ اللّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لاَ تَعْلَمُونَهُمُ اللّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لاَ تُظْلَمُونَ ﴿٦٠﴾

"Dan persiapkanlah bagi mereka (musuh-musuh Allah) kekuatan, apa saja yang engkau bisa, dan dari kuda-kuda perang yang ditambat, yang dengannya engkau membuat gentar musuh Allah dan musuh kalian..." (At-Anfal: 60)

Barang siapa yang tidak mendukung hal ini atau menyepelekannya atau mencela kaum muslimin karenanya, atau mengajak kepada hal-hal yang dapat memecah belah persatuan kaum muslimin, dan mendukkung usaha-usaha negara-negara penjajah dan Zeonis untuk merealisasikan rencana mereka terhadap negara-begara Arab dan Islam, terutama negara Palestina ini, maka dia dalam hukum Islam telah keluar dari Jama'atul Muslimin dan telah melakukan dosa yang besar.

Bagaimana tidak, semua orang tahu bahwa Yahudi selalu berbuat makar terhadap Islam, kaum muslimin dan negara-negara Islam, sejak dari zaman kenabian sampai sekarang, dan bahwasanya mereka tidak cukup sekedar menzalimi rakyat palestina dan mengotori Masjid Al-Aqsha saja, melainkan, rencana besar mereka adalah menguasai seluruh wilayah negara-begara Islam yang berada di antara sungai Nil dan Eufrat. Maka wajib bagi kaum Muslimin untuk menyatukan kata guna menghilangkan bahaya besar ini, membela negeri-negeri Islam dan menyelamatkannya dari tangan-tangan penjajah. Allah Swt berfirman:

وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْ

"Dan berpegang teguhlan kamu sekalian pada tali Allah dan janganlah berpecah belah..." (Ali Imran: 103)

Adapun bekerjasama dengan negara-negara yang membantu ekstrimis zalim ini dengan materi dan persenjataan sehingga tetap eksis di tanah kaum musllimin, hal itu tidak diperbolehkan menurut syara’, karena merupakan upaya saling bantu-membantu dalam kezaliman dan mendukung mereka dalam permusuhannya terhadap Islam dan negeri-negeri Islam. Allah Swt berfirman,

إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَن تَوَلَّوْهُمْ وَمَن يَتَوَلَّهُمْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ﴿٩﴾

“Sesungguhnya Allah hanya melarang kalian menjadikan teman orang-orang yang memerangi kalian dan mengeluarkan kamu dari negerimu sendiri serta orang-orang yang membantu orang lain untuk mengusir kamu. Barang siapa yang mendukung mereka, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Al-Mumtahanah: 9)

Dalam ayat lain Allah berfirman,

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءهُمْ أَوْ أَبْنَاءهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُوْلَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُوْلَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٢٢﴾

“Tidak akan engkau temukan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir yang mencintai orang-orang yang melawan Allah dan Rasulnya, walau mereka adalah bapak, anak, saudara dan keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah ditetapkan oleh Allah iman dalam hatinya dan menguatkannya dengan pertolongan dari pada-Nya, dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha kepada mereka dan merekapu ridha kepada-Nya. Mereka itulah golongan Allah, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al-Mujadalah: 22)

Tidak diragukan lagi bahwa mendukung musuh dan mencintai mereka sama dengan membantu mereka dengan sesuatu yang dapat menguatkan posisi mereka baik dengan pikiran, senjata dan kekuatan, baik secara tersembunyi atau terang-terangan, langsung atau tidak langsung, semua itu diharamkan bagi setiap muslim apapun alasannya. (SN/IKH)

Blue Dog Coalition, Yahudi di Balik Obama



Blue Dog Coalition, 2009 ini genap berusia 14 tahun, telah berhasil membangun reputasi sebagai pemain serius dan penting dalam arena politik AS. Hanya dalam waktu kurang dari 15 tahun sejak dibentuk tahun 1995, Blue Dog Coalition telah menjadi pemegang semua keuangan yang dikeluarkan oleh negeri Paman Sam.

Kelompok ini beranggotakan 47 orang dari semua wilayah AS. Tidak sembarang menjadi anggota Blue Dog Coalition, karena selain harus menjadi anggota Parlemen AS, keanggotaan Blue Dog Coalition juga mewajibkan garis keturunanan. Artinya, seseorang yang menjadi anggota kelompok ini, ayah atau keluarganya yang senior juga harus sudah terlebih dahulu terdaftar sebagai anggota Blue Dog Coalition. Di antara anggota sekarang adalah Mike Arcuri , Joe Baca, John Barrow, Melissa Bean, Marion Berry, Sanford Bishop, Dan Boren, Leonard Boswell (IA-3), Allen Boyd, Dennis Cardoza, dll.

Pada awalnya, Blue Dog didirikan sebagai kelompok tandingan bagi Partai Republik yang selalu memilih anjing berwarna kuning dalam surat suara. Selama bertahun-tahun, Partai Republik yang sosialis sebelumnya menguasai pemilu AS. Pada pemilu 1994, kendali itu mulai diambil alih oleh Demokrat, yang merupakan kumpulan politisi Yahudi di AS.

Blue Dog Coalition terbentuk pada kongress anggota Demokrat yang ke-10 di Gedung Parlemen, dan merupakan instruksi langsung pembesar Yahudi. Mereka kemudian perlahan-lahan mengubah visi-misi Demokrat. Terobosan mereka yang terkenal adalah "Blue Pups" tahun 1998, 2000, 2002, 2004, dan 2006 yang langsung menumbangkan semua suara Republik yang pada tahun 1994 masih menjadi incumbent yang kuat.

Koalisi ini mengkhususkan diri dalam kebijakan fiskal dan keuangan AS, mengatur kemana arah pembelajaan AS setiap tahunnya. Salah satu pos terbesar mereka adalah menjalin kerjasama dengan berbagai koran harian dan majalah. Selama tiga kali pergantian presiden AS, mulai dari Bill Clinton, George W. Bush, sampai sekarang Barack Obama, kelompok Yahudi ini selalu mendapatkan tempat dan diberi keleluasaan. Hampir setiap presiden AS, termasuk Obama, tidak pernah berani mengutak-atik posisi Blue Dog Coalition.

Salah satu kejadian yang pernah membuat mata warga AS membelalak, dan terutama pengamat ekonomi asal negeri itu adalah ketika Blue Dog Coalition menyetujui Bush membuat pinjaman bank yang melebihi jumlah pinjaman yang telah dibuat oleh semua 42 presiden AS sepanjang sejarah sebelumnya. Departemen Keuangan AS mencatat pinjaman semua presiden AS yang lalu, dari tahun 1776 hinnga 2000 "hanya" sebanyak US$ 1,01 trilyun, sedangkan Bush, dalam masa empat tahun sebelum pensiun telah meminjam US$ 1,05 trilyun. Uang ini kemudian sebagian besar dialokasikan untuk biaya perang di Irak, Lebanon, Afghanistan dan yang terbaru di Gaza.

Selasa malam (28/01) Blue Dog Coalition telah berhasil membuat Obama mengeluarkan kebijakan fiskal sebesar US$ 819 trilyun sebagai rencana pemulihan ekonomi AS, yang naga-naganya dana ini akan kembali dialokasikan untuk penguatan Yahudi di AS dan dunia. (sa/berbagaisumber)