Wednesday, January 14, 2009

Hari ke-19: Dunia Arab Tak Mampu Menyelamatkan Gaza

Kamis, 15/01/2009 10:26 WIB
Di hari ke-19 serangan keji militer Israel ke Jalur Gaza, jumlah warga Palestina yang gugur syahid sudah melewati angka 1.000 orang dan hampir 5.000 orang lainnya luka-luka. 40 persen korban yang syahid adalah warga sipil, sepertiganya anak-anak.Selain itu, lebih dari 80.000 warga Gaza mengungsi.

Sepanjang hari Kamis kemarin, pasukan Zionis terus membombardir Jalur Gaza yang sudah luluh lantak. Press TV menayangkan situasi Gaza City yang ditutupi asap tebal berwarna putih akibat bom-bom yang dimuntahkan senjata Zionis. Asap putih itu diduga dari bom-bom yang menggunakan bahan kimia fosfor putih yang penggunaannya sudah dilarang oleh aturan internasional karena dampaknya yang bisa menimbulkan luka bakar yang mengerikan jika terkena tubuh manusia.

Rentetan bunyi tembakan dan ledakan masih terdengar sampai kamis malam. Lembaga bantuan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan, sudah tidak ada lagi tempat yang aman di Jalur Gaza. Rumah-rumah sakit di Gaza sudah hampir kolaps, tidak mampu lagi melayani jumlah korban yang sudah begitu banyak sementara bantuan medis dan obat-obatan belum juga diperbolehkan masuk ke Jalur Gaza. Di perbatasan Rafah, Mesir masih tidak mau membuka perbatasan untuk bantuan kemanusiaan dan tenaga medis. Di perairan Gaza, tentara Zionis melarang masuk satu kapal bantuan dari Iran.

Serangan Israel tidak lagi memilih, selain menembaki anak-anak dan perempuan, tentara-tentara Zionis yang biadab itu juga menembaki petugas bantuan kemanusiaan dan dokter-dokter yang sedang menyelamatkan korban.

Hari Rabu kemarin, tentara Zionis memberondong Dokter Hassan al-Attals dan tim medisnya dengan tembakan, ketika dokter itu ingin menolong tiga anak-anak Gaza yang terluka yang rumahnya terkena serangan bom Israel.

"Ketika kami tiba di rumah itu, tentara Israel menembaki ambulan kami. Kami jatuh dan berlumuran darah terkena tembakan. Alih-alih menolong anak-anak itu, kami sendiri yang akhirnya minta pertolongan," kata Dokter Hassan.

Israel juga menembakan misilnya ke mobil milik PBB padahal mobil tersebut sudah diberi tanda bendera PBB dengan warna terang. Akibat tembakan misil Israel itu, sopir mobil PBB mengalami luka-luka. Sebuah masjid di perbatasan Rafah, hancur oleh tembakan artileri tentara Zionis.

Meski mengalami gempuran hebat, pejuang-pejuang Hamas masih bisa menembakkan belasan roket-roket balasan mereka ke wilayah selatan Israel. Roket-roket Hamas itu membuat warga Israel panik. Israel mengklaim 13 orang tewas akibat perlawanan Hamas, tiga warga sipil, sisanya prajurit Israel.

Dunia Arab Masih Melempem

Sementara itu, upaya di jalur diplomasi masih terus dilakukan. Mesir dan Hamas membahas proposal gencatan senjata tanpa kehadiran dari delagasi Israel. Sekjen PBB Ban Ki-moon, hari Rabu kemarin juga sudah tiba di Kairo untuk memantau jalannya negosiasi.

Wakil Hamas Salah al-Bardawil mengatakan, pihaknya sudah memberikan pandangan-pandangan yang diajukan untuk gencatan senjata. "Hamas sudah memaparkan visinya dengan detail pada Mesir ... belum ada kesepakatan dengan pimpinan Mesir dan masih ada perbedaan dalam hal bagaimana menegosiasikan klausa-klausa dari inisiatif ini dengan Israel," kata Bardawil.

Menlu Mesir Ahmed Abul Gheit menyatakan akan menyampaikan proposal Hamas itu pada Amos Gilad, wakil dari Israel yang akan tiba di Mesir hari ini, Kamis (15/1).

Pada saat yang sama, pemimpin-pemimpin Arab masih belum bisa menentukan sikapnya atas krisis di Gaza. Raja Arab Saudi meminta organisasi Dewan Kerjasama Kawasan Teluk (GCC) menggelar pertemuan tingkat tinggi darurat untuk membahas krisis Gaza di Riyadh.

Sebelumnya, Qatar mendesak agar Liga Arab segera menggelar pertemuan untuk membahas krisis Gaza di Qatar. Namun Arab Saudi dan Mesir menolak hadir dalam pertemuan itu dan menyatakan lebih memilih pertemuan forum ekonomi negara-negara Arab di Kuwait, pekan depan untuk membahas masalah Gaza.

Pimpinan Liga Arab Amr Moussa menyatakan, usulan agar dilakukan pertemuan tingkat tingga di Qatar tidak memenuhi kuorum karena cuma 13 negara dari 22 negara anggota Liga Arab yang setuju dengan pertemuan di Qatar.

Sampai detik ini, pimpinan negara-negara Arab masih belum bisa memutuskan akan menggelar pertemuan dimana untuk membahas krisis Gaza, padahal sudah banyak saudara-saudara Muslim mereka di Gaza yang menjadi korban kebiadaban militer Israel. (ln/berbagai sumber)

No comments:

Post a Comment