Monday, February 2, 2009

Situasi Memanas, Tim Kemanusiaan Diminta Keluar dari Gaza

Situasi Memanas, Tim Kemanusiaan Diminta Keluar dari Gaza
Senin, 02 Februari 2009 15:40

warnaislam.com — Relawan asal Indonesia di Gaza, Palestina, yang masuk melalui Rafah, diminta segera meninggalkan Gaza . Permintaan tersebut disampaikan melalui nota diplomatik yang dikirimkan Kementerian Luar Negeri Mesir dan diterima Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kairo, Mesir.



Sunaryo Adhiatmoko, Koordinator Tim Kemanusiaan Dompet Dhuafa (DD) yang kini berada di Gaza City menyatakan, pihaknya dihubungi Sekretaris II KBRI Danang Waskita dan disampaikan perihal permintaan dari Mesir tersebut. Mereka disarankan segera meninggalkan Gaza sebelum 5 Februari mendatang.

”Tidak ada alasan yang jelas mengapa para relawan diminta keluar dari Gaza . Kemungkinan terkait dengan perkembangan situasi di Gaza yang mulai memanas lagi,” ujar Sunaryo melalui telepon dari Gaza City , Minggu (1/2/2009).

Sunaryo menambahkan, menurut informasi yang dia peroleh, saat ini ada 15 warga Indonesia di Gaza yang masuk melalui Rafah, baik sebagai relawan maupun reporter media. Seluruhnya sudah diinformasikan tentang perkembangan terbaru dari Mesir tersebut.

Menyusul permintaan kepada para relawan untuk segera meninggalkan Gaza , pemerintah Mesir rencananya akan menutup pintu perbatasan yang ada di Rafah pada 5 Februari. Seterusnya pintu masuk ke Gaza yang akan dibuka melalui perbatasan Israel dan Mesir, yakni lewat Karem Abu Shalom dan El Auga.

Berkaitan dengan perkembangan terbaru ini, maka Tim Kemanusiaan DD rencananya segera meninggalkan Gaza dalam dua hari ini. Program bantuan tahap pertama sudah terlaksana sebagaimana direncanakan.

Sebanyak Rp 1,5 miliar dana sudah disalurkan, baik secara tunai maupun penyediaan dana untuk pembangunan pabrik roti. Sementara sisa bantuan yang belum disalurkan sebanyak Rp 1 miliar lagi, masih dalam pembahasan di DD Jakarta , akan dialokasikan dalam bentuk apa.

”Seluruh bantuan yang direncanakan sebanyak Rp 2,5 miliar Insya Allah akan disalurkan bagi warga Gaza , masalah waktu saja,” tandasnya.


penulis :
Saifuddin Amin
Semua isi dari tulisan di warnaislam.com dapat di

Mesir Pasang Kamera dan Alat Sensor di Perbatasan Rafah



Senin, 02/02/2009 14:31 WIB Cetak | Kirim

Mesir memasang sejumlah kamera dan alat penyensor gerak di sepanjang perbatasannya dengan Jalur Gaza. Sumber-sumber kemanan di Mesir mengatakan, alat-alat tersebut dipasang untuk mencegah penyelundupan senjata dari Mesir ke wilayah Palestina.

"Alarm dan kamera-kamera pemantau dipasang sejak pekan kemarin di perbatasan yang panjangnya sekitar 14 kilometer untuk mendeteksi aktivitas di terowongan-terowongan bawah tanah," kata seorang pejabat keamanan Mesir.

Pemasangan alat pemantau itu dilakukan Mesir dengan melibatkan para pakar teknologi dari negara AS, Prancis dan Jerman. "Kabel-kabel yang digunakan untuk mendeteksi terowongan dipasang di sepanjang perbatasan Mesir dan Gaza mulai dari selatan Rafah sampai pesisir pantai Mediterania," kata pejabat Mesir lainnya.

Pemasangan alat pemantau itu berkaitan tuduhan Israel bahwa telah terjadi penyelundupan senjata dari wilayah Mesir ke wilayah Palestina, menyusul agresi brutal pasukan Zionis Israel ke Jalur Gaza. Israel mendesak negara-negara sekutunya untuk mencegah dan menghentikan penyelundupan senjata itu.

Atas permintaan Israel, AS berkomitmen untuk memberikan dana bantuan senilai 32 juta dollar guna membeli alat deteksi dan menyediakan teknisi untuk memberikan bantuan teknis pemasangan alat tersebut. Sedangkan negara Prancis mengutus kapal frigatnya untuk melakukan patroli di sepanjang perairan Gaza guna membantu Israel mencegah penyelundupan senjata yang dituduhkannya pada Palestina.

Sementara bagi warga Palestina, terutama di wilayah Gaza, terpaksa membangun terowongan yang tembus ke Mesir untuk mendapatkan makanan, bahan bakar dan kebutuhan hidup lainnya yang tidak bisa mereka dapatkan setelah Israel memblokade Gaza selama satu tahun lebih. (ln/aby)

Perbandingan Hamas dengan Tentara Israel

Eramuslim, 2/2/09
Agresi 22 hari Gaza barangkali banyak meninggalkan tanda tanya dalam benak semua orang di dunia, bagaimana Hamas selama ini bertahan diri dari gempuran Israel selama agresi biadab itu berlangsung?

Pertama, Kita semua tahu, sebelumnya Gaza sudah dikepung dan diblokade oleh tembok-tembok besar lebih dari 750 KM dengan ketinggian 8 meter, dan di setiap 10 meternya, tentara Israel sudah bersiap di atas pos—menembak siapa saja warga Palestina, terutama Hamas, yang mencoba mendekati tembok tersebut. Ketika perang darat dimulai, posisi Hamas dalam posisi terkurung dan sama sekali tidak mempunyai area lain sebagai jalur alternatif untuk menyelematkan diri. Sementara Israel menguasai semua wilayah di sekeliling Gaza.

Kedua, secara persenjataan, perbandingan Hamas dengan Israel sangat timpang. Saat ini, Israel menduduki urutan keempat dalam sistem pertahanan keamanan dunia setelah AS, China dan Inggris. Ini belum termasuk bantuan militer yang diberikan oleh AS untuk mendukung agresi Israel. Untuk perang Gaza ini, AS menyuplai tidak kurang dari 60.000 ton senjata. Bantuan ini dikirim melalui ratusan kontainer besar, dan banyak pengamat mengatakan bahwa inilah bantuan AS terbesar sepanjang sejarah kepada Israel. Hamas saat ini hanya memiliki 15.000 personil. Sedangkan Israel memiliki 130.000 tentara aktif, dan 400.000 lainnya menunggu di bangku cadangan. Sedangkan Hamas membuat roketnya sendiri yang berasal dari barang-barang bekas. Rangka roketnya terbuat dari bekas tiang listrik, kabel-kabel sambungan detonatornya terbuat dari kabel yang ada di rumah-rumah warga, bahan bakar roketnya terbuat dari gula, dan hulu ledaknya terbuat dari kimia sederhana yang mereka racik sedemikian rupa. Selain itu, suplai bahan baku senjata juga mereka dapatkan melalui ratusan terowongan yang mereka buat yang melintasi perbatasan.

Ketiga, selama agresi, Israel menghancurkan sekitar 200 terowongan, dan Israel sudah berkoar-koar bahwa mereka sudah menghancurkan seluruh terowongan yang dimiliki Gaza. Kenyataannya, saat ini total tidak kurang ada 800 terowongan di Gaza yang dibangun oleh Hamas. Dan 200 terowongan yang telah hancur digasak Israel, Hamas menyebutkan hanya butuh sekitar 3 bulan untuk memperbaikinya.

Keempat, secara fisik, Hamas dan Jalur Gaza lah yang telah banyak menderita kerugian. Tetapi harus diingat, bahwa bukan pihak Hamas yang pertama kali meminta gencatan senjata. Hamas telah melawan dengan sengit, dan itu membuat Israel menarik mundur pasukannya tanpa syarat apapun. Gencatan senjata pun diumumkan secara sepihak oleh Israel. Lima menit sebelum Israel mengumumkan gencatan senjata, Hamas masih meluncurkan roketnya ke wilayah Israel. Selama perang Gaza, Hamas telah meluncurkan sekitar 900 roketnya, dan itu hanya merupakan 1% dari total jumlah roket yang mereka miliki.

Kelima, target penyerangan Israel terhadap Jalur Gaza sedianya hanya dialokasikan untuk waktu 3 hari saja. Tetapi ketika dalam seminggu Gaza belum jatuh juga, Israel mulai kehilangan pamor. Pasalnya, mereka sudah mengundang beberapa pemimpin dunia, seperti PM Jerman, untuk merayakan keberhasilan mereka menaklukan Gaza. Namun bahkan sampai 22 hari, penyerangan itu tak pernah memberikan hasil berarti. Malah dengan lamanya agresi yang kemudian membabi buta itu, Israel menjadi sasaran kemarahan dan kebencian masyarakat dunia.

(sa/berbagaisumber)

Sampai Empat Tahun Mendatang, Australia Dihantam Krisis Keuangan

Sampai Empat Tahun Mendatang, Australia Dihantam Krisis Keuangan
Senin, 02 Februari 2009 16:57
Kevin Rudd

warnaislam.com — Pemerintah Australia diperkirakan kehilangan pendapatan sebesar 115 miliar dolar Australia dalam empat tahun mendatang akibat krisis keuangan dunia. Akibatnya, defisit anggaran negara tak terhindarkan. Demikian Perdana Menteri Kevin Rudd. seperti dilansir ABC dan AAP, Senin (2/2/2009).

Namun pemimpin Australia itu kembali menegaskan, tekad pemerintahnya untuk melakukan apa pun guna menjaga tetap kuatnya tingkat pertumbuhan ekonomi dan peluang kerja.

Menurut PM Rudd, memburuknya pendapatan pemerintah itu juga disebabkan oleh turunnya pertumbuhan ekonomi China yang merupakan salah satu mitra dagang utama Australia .

Pekan lalu sinyal buruk dampak krisis ekonomi dunia pada perekonomian Australia sudah disampaikan Bendahara Persemakmuran Australia , Wayne Swan. Resesi ekonomi dunia dan jatuhnya harga komoditas diperkirakan turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja di negaranya.

Dana Moneter Internasional (IMF) sendiri memperkirakan resesi ekonomi dunia akan semakin dalam dan berlarut-laru. Negara-negara industri maju diperkirakan mengalami resesi ekonomi terburuk sejak Perang Dunia II dengan kontraksi mencapai dua persen tahun 2009.

China juga tak luput dari pengaruh resesi ekonomi global. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi China yang merupakan salah satu mitra utama perdagangan internasional Australia itu hanya sebesar 6,7 persen atau separuh dari laju pertumbuhan ekonominya tahun 2007, kata Swan.

Menghadapi kondisi buruk ini, ia mengatakan, pemerintah Australia telah mengambil langkah besar untuk melindungi rakyat Australia dari pengaruh terburuk resesi. Beberapa langkah besar yang telah diambil pemerintah Australia adalah meluncurkan strategi keamanan ekonomi senilai 10,4 miliar dolar Australia, memberikan jaminan pada deposito bank, dan melakukan investasi pembangunan nasional.

Strategi keamanan ekonomi itu bermakna bahwa pemerintah Australia akan melakukan apapun yang mungkin untuk mempertahankan ekonomi negara tetap tumbuh, mencetak lowongan kerja baru, memperbanyak perumahan baru, membantu rakyat yang paling terkena dampak, serta mempersiapkan masa depan. Australia termasuk salah satu negara di kawasan Asia Pasifik yang terkena dampak dari memburuknya kinerja ekonomi Amerika Serikat.


penulis :
Saifuddin Amin

Sunday, February 1, 2009

Teroris Israel Serang Anak Sekolah dan Wanita Hamil


Teroris Israel Serang Anak Sekolah dan Wanita Hamil
Warna Islam Jumat, 30 Januari 2009 17:51


warnaislam.com — Delapan belas orang Palestina, termasuk 11 anak sekolah dan seorang wanita hamil, cedera dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza bagian selatan, Kamis. AFP melaporkan, beberapa saksi mata menyebutkan, serangan itu mengenai petugas medis Mohammed al-Sumeiri, seorang polisi Hamas, dan orang yang diboncengnya ketika mereka mengendarai sepeda-motor di kota Khan Yunis, kata sumber-sumber itu.

Sebelas anak sekolah dan seorang wanita hamil yang sedang lewat di jalan itu termasuk diantara mereka yang cedera, kata mereka.

Militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan, mereka menyerang Sumeiri karena ia adalah bagian dari kelompok yang bertanggung jawab atas serangan bom di dekat lintasan penyeberangan Kissufim pada Selasa yang menewaskan seorang prajurit dan mencederai tiga orang.

Serangan udara itu merupakan insiden kekerasan terakhir yang terjadi lagi di dan sekitar Jalur Gaza yang dikuasai Hamas. Gelombang kekerasaan itu mengancam gencatan senjata yang mengakhiri perang pada 18 Januari.

Israel meninggalkan Jalur Gaza setelah daerah pesisir itu hancur akibat ofensif 22 hari. Mereka menyelesaikan penarikan pasukan dari wilayah yang dikuasai Hamas itu pada Rabu (21/1).

Jumlah korban tewas Palestina mencapai sedikitnya 1.300, termasuk lebih dari 400 anak, dan 5.300 orang cedera di Gaza sejak Israel meluncurkan ofensif terhadap Hamas pada 27 Desember. Di pihak Israel, hanya tiga warga sipil dan 10 prajurit tewas dalam pertempuran dan serangan roket.

Selama perang 22 hari itu, sekolah, rumah sakit, bangunan PBB dan ribuan rumah hancur terkena amukan Israel, dan Pemerintah Palestina menyatakan jumlah kerugian prasarana saja mencapai 476 juta dolar.

Penghentian serangan Israel dilakukan setelah negara Yahudi tersebut memperoleh janji dari Washington dan Kairo untuk membantu mencegah penyelundupan senjata ke Gaza, hal utama yang dituntut Israel bagi penghentian perang.

Kekerasan Israel-Hamas meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember. Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahudi tersebut dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran sejak 27 Desember dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia.

Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina, Mahmud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari. Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut diblokade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.

Parahnya, Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris. Ehud Olmert yang akan mengakhiri tugas sebagai PM Israel telah memperingatkan mengenai konfrontasi yang akan segera terjadi dengan Hamas meski gencatan senjata yang ditengahi Mesir diberlakukan pada 19 Juni.

penulis :
Saifuddin Amin